KUGADAIKAN MIMPI UNTUK MERAIH CINTAMU

0 komentar

“Jam berapa sekarang?” kataku berbisik pelan.
“Huhh, dari tadi tanya jam melulu. Tau ahh!”
“ Ayolah…kurang berapa menit lagi?” kataku merengek pada teman sebangku.
“Sssstttt, mengganggu saja! Tuuh, lebih baik dengerin penjelasannya Pak Mulyadi!”
“ Masih lama kah?”
“Bentar lagi koq. Sabarlah dikit, sepuluh menit lagi Non!
“Oke, thank you!!” Aku sudah tak sabar menunggu bel istirahat berbunyi. Kepalaku terasa sangat berat, angin semilir menambah rasa kantukku semakin sulit dihentikan. Ditambah pula cacing-cacing diperutku seakan bernyanyi riang gembira. Cacing itu menendang dan menginjak dinding-dinding perut hingga aku tak kuasa untuk menahan rasa lapar ini. Penjelasan Pak Mulyadi guru kimiaku, hanya hinggap sebentar saja di otakku. Rumus-rumus kimia itu seakan berterbangan kian kemari dan akhirnya pergi meninggalkanku. “Fiuuhhh…laparnya!!” pikiranku melayang, membayangkan nikmatnya sepiring nasi hangat dengan lauk tempe penyet yang ditaburi bawang goreng. Baunya sangat menggoda. “Krucuk… krucuk…krucuk” perutku berbunyi tiada henti.

****
Teet…Tettt…Teettt..
“Yee…akhirnya!” segera kurapikan buku pelajaran dan rambut panjangku sembari beranjak pergi dari kelas, kemudian seorang sahabat menyapaku.
“Nabila, temenin aku sholat dhuha yuk?” kata Aisyah sambil memegang tanganku.
“Waduh, hehehe…besok-besok aja yach. Aku laper banget nich. Sudah tak tahan pengen makan” kataku sambil memegangi perut.
“Ya ampun Billa, sebentar aja koq! Kapan sich kamu mau tak ajakin sholat dhuha?  Padahal kan aku udah jelasin panjang lebar tentang hikmah sholat dhuha. Tapi koq ga ngaruh sich di pikiranmu?” ujar Aisyah sambil memonyongkan bibirnya.
“Hiihh, maksa banget sich Non, istirahat tuh cuma lima belas menit Aisyah, cuma cukup buat antri dan makan dikantin. Lebih baik aku makan dikantin dulu, ntar dech kalau habis makan tak pikir-pikir ajakanmu tadi. Hemm..”
Ya Allah, kamu itu yahh. Ya sudah ke kantin sana” ujar Aisyah sambil berlalu meninggalkanku menuju masjid sekolah.
Akupun berlalu meninggalkan Aisyah. Sahabatku itu tak pernah bosan mengajakku untuk sholat dhuha. Meskipun sudah tiga bulan lebih aku tak memenuhi ajakannya, ia tak pernah marah padaku. Malah sebaliknya ia semakin mendekat padaku. Fiuuh…dalam hati aku berjanji, “Aisyah…jangan kau menyerah padaku, teruslah mengajakku. Aku berjanji esok aku akan memenuhi ajakanmu untuk sholat dhuha”
***
“Wah, sejuk sekali tempat ini, beruntung aku bisa sekolah disini. Udah sekolahnya luas, sejuk, banyak pohon mangganya pula. Hmm…dan yang paling penting ntar bisa tour ke Lombok. Yuhuii! Lombok…Iam camming!!” aku tak sabar ingin pergi ke Lombok, pulau yang tekenal dengan julukan seribu masjidnya. Satu-satunya tempat yang menjadi mimpiku sejak kecil. Aku ingin menyaksikan dengan kedua mataku keindahan Gunung Rinjani, Danau Segare Anak, Pantai Senggigi, Pantai Mawun, Bukit Malimbu dan tentunya kelezatan ayam taliwang. Hemmm…yeee…!!
“Nabilla…Nabila..!” teriak Aisyah keras sembari berlari menuju ke arahku. “Ya Allah syukurlah, kamu masih disini. Duh..bisa tolongin aku? Aku ketinggalan bus terakhir, gimana nich, ga bisa pulang!! fiuhhh…”
“Ya udah, aku anterin aja kalau gitu”
“Yupps, oke!”
Akupun berjalan bersama Aisyah menuju parkiran motor, ketika berada di depan masjid sekolah tiba-tiba terdengar lantunan suara adzan sholat Ashar yang begitu merdu. Akupun menghentikan langkahku, rasanya lama sekali aku tak mendengarkan adzan dengan seksama. Rasa damai mulai mengelayuti seluruh tubuhku.
“Nabila, gak apa-apa kan kalau aku sholat dulu? Kamu tak keberatan menungguku untuk beberapa saat?” ujar Aisyah dengan suara lembutnya.
“Heem ga masalah, aku tunggu di serambi saja” kataku sambil menata getaran hati yang tiba-tiba muncul begitu cepat. Sesaat aku teringat masa kecilku. Ketika aku mulai belajar membaca huruf hijaiyah, dan belajar menghafalkan doa-doa. Namun kini aku telah menjauh, jauh meninggalkan-Nya.“Ya Allah, ampunilah aku. Tunjukkanlah jalan agar aku bisa kembali pada-Mu?” lamunankupun terpecah setelah Aisyah menepuk pundakku. Lalu aku kembali berfikir ”Ya Allah, apakah Aisyah adalah jawaban dari semua kegundahan ini?”
***
“Aisyah, ee…ee…ee…aku…aku ikut sholat dhuha boleh?” kataku dengan rasa takut yang membuncah serta tak sabar menunggu jawaban dari Asiyah.
“Alhamdulillah” ujar Aisyah sembari merangkul tubuhku erat sekali. Rasanya seperti ia tak mau melepaskanku, kulihat pula bening-bening kristal membasahi pipi sahabatku itu. “Aisyah, aku sudah tak sabar ingin merasakan nikmatnya berwudhu dan sholat” kataku berbisik ditelinganya.
Hari ini pertama kalinya aku akan mendirikan sholat. Perlahan aku kenakan mukenaku. Jantung ini berdetak semakin kencang. Rasa gugup untuk menghadap Allah membuat tubuhku gemetar. Beberapa kali kuhirup udara untuk membuatku tenang. Ya Allah, terimalah sholat hamba-Mu ini. Lalu perlahan kuucapkan takbir  “Allahu Akbar!!”
***
Seusai sholat kedua sahabat itu berbincang di serambi masjid….
“Bagaimana?”
“Bagaimana apanya? Sholatku tadi?”
“Bukan. Tentang tour sekolah kita ke Lombok? Bukankah itu mimpimu selama ini? Aku ingin mendegarkannya?” ujar Aisyah dengan wajah berbinar-binar serta tatapan  penasaran terhadap mimpiku.
“Apa benar kamu ingin mendengar mimpiku, Aisyah?”
“ He’em” jawab Aisyah dengan anggukan kepala.
“Hehehe, satu-satunya tempat yang selalu ingin aku kunjungi ialah Lombok. Lombok is my dream. Dengan memejamkan mata, aku ingin sekali mencium wanginya udara Lombok dari atas Bukit Malimbu. Menyaksikan eksotisnya Danau Segare Anak diantara lereng Gunung Rinjani, lalu aku berlarian ditepi Pantai Senggigi yang panoramanya begitu memukau. Sungguh Pantai Senggigi diciptakan Allah begitu sempurna dipandanganku. Oh..seberapa biru ya airnya? Aku juga ingin sekali merasakan sapaan hangat dari ombak-ombak kecil yang berkejar-kejaran membasahi kakiku. Hmm, aku ingin melihatnya!! Oh..iya ada satu lagi yang unik, apa kamu pernah mendengar tradisi Suku Sasak yang menculik gadis yang ingin dinikahi?”
“Hah? Benarkah? Oh…seram sekali itu” ujar Aisyah sambil mengerutkan dahinya.
“Heem, nantinya aku akan berbincang banyak dengan orang Suku Sasak. Aku ingin membuat tulisan tentang tradisi menculik gadis. Hehehe…”
“Yupp, mendengar ceritamu aku jadi tak sabar lagi ingin segera berangkat ke Lombok!!” kata Aisyah dengan wajah ceria. “Ayo, segera ke kelas! Bu Amar sudah terlihat di lorong tuh”
“Oke!!”
***
Saat  Pelajaran Agama Berlangsung…
“Ibu Guru, apakah seorang muslimah wajib memakai jilbab, dan menutup auratnya?”  tanyaku pada Bu Amar, guru agamaku.
“Tentulah anakku, seorang wanita islam wajib mengenakan jilbab, dalam Qs. Al-Ahzab ayat 59 disebutkan: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Sudah paham Nabilla?”
“Iya Bu, Insya Allah paham”
“Apa kamu berkeinginan memakai jilbab Nak?”
“Iya Bu, setelah mendengarkan penjelasan dari Ibu tadi, saya baru sadar bahwa agama Islam sangat memuliakan wanita. Saya ingin sekali mengenakan jilbab, Bu!!”
Alhamdulillah. Iya nak segeralah, bersungguh-sungguhlah dalam mencari ridho Allah, dahulukan urusan akhirat Insya Allah urusan dunia nantinya akan dimudahkan”
***
Aku tak bisa tidur. Entah kenapa hatiku bertambah gusar dan tak tenang. Tausiyah dari guru agamaku tadi siang tak bisa hilang dari pikiranku, makin lama ia makin melekat dalam hati. Apalagi ucapan terakhirnya agar aku menyegerakan memakai jilbab. “Haduh, aku semakin tak bisa tidur, hiks…hiks…hiks”
Kupandangi koper yang akan kubawa ke Lombok, kemudian mataku beralih pada uang Rp.600.000,00 yang ada di meja. Uang itu rencananya akan kugunakan untuk membayar biaya tour ke Lombok. Secara perlahan tanganku meraih uang itu. Tentunya, aku akan butuh uang banyak jika aku memakai jilbab, mulai membeli kain seragam, kemudian membayar ongkos jahit dan membeli beberapa jilbab. Fiuuh…butuh waktu berapa bulan aku harus menabungnya? Akupun berfikir sejenak sambil memandangi uang itu. Lalu tiba-tiba terbesit dipikiranku,”Kamu gunakan saja uang itu untuk membeli seragam dan jilbab, tak usah ikut  tour ke Lombok!!
Seketika aku diam sesaat. Hatiku bergetar dan gundah. Sepertinya lintasan hati tadi benar adanya. “Apakah lintasan itu berasal dari hati nurani?” tanyaku pada diriku sendiri. Sepertinya aku berada dalam dua pilihan yang sangat sulit. Selangkah lagi aku telah menemukan mimpiku, namun dengan kata lain aku akan mengabaikan perintah untuk berhijab. “Ya Allah, mana yang harus aku pilih? Oh…My God!!”
Akupun terdiam sambil memandangi poster Pantai Senggigi yang menempel di dinding kamarku. Hatikupun berbisik, “Ya Allah dengarkanlah doaku ini: Ya Allah, aku rela menggadaikan mimpiku ke Lombok untuk memenuhi perintah-Mu berjilbab. Maka mudahkanlah urusanku. Semoga suatu hari nanti engkau akan menghadiahkan tempat yang lebih baik dari Lombok.  Amin….”

………………Bersambung…………


Posting Komentar